8 Juli 2013

Laporan Study Field di Museum Ronggowarsito

KERIS
Laporan Study Field di Museum Ronggowarsito
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Islam dan Budaya Jawa
Dosen Pengampu: M. Rikza Chamami, M. Si
Disusun Oleh:


Luthfiyatul Hiqmah                (113511048)
Laila Akbar Ramadhany         (123511046)
Nurul Elmi Auliawati              (123311044)
Dhillan Azaly Al-Farozy         (123311013)
Luqmanul Hakim                     (123311024)








FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Keris merupakan senjata khas mayarakat Jawa dan kalangan masyarakat Jawa, keris dianggap sebagai benda leluhur. Namun selama ini, masyarakat kurang memahami senjata tradisional tersebut. Pada zaman dahulu ketika masa perjuangan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, para pemimpin dan pejuang bangsa sudah menggunakan keris sebagai senjata perang melawan penjajah.
Seiring perkembangan zaman, banyak masyarakat Jawa tidak atau kurang mengetahui sejarah keris, makna sebenarnya (filosofi) sebuah keris, fungsi-fungsi keris dan bagaimana menempatkan keris dengan tepat sehingga banyak yang disalahgunakan.
B. RUMUSAN MASALAH
1.        Apa arti sebuah keris dalam kehidupan manusia?
2.        Bagaimana proses pembuatan keris?
3.        Apa saja jenis-jenis keris?
4.        Bagaimana cara pelestariannya?
BAB II
HASIL PENGAMATAN DI MUSEUM RONGGOWARSITO
1.             Arti Sebuah keris dalam Kehidupan Manusia
Keris sebagai adi luhung nenek moyang bangsa Indonesia memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan manusia, baik yang tersirat maupun tersurat. Bagi masyarakat jawa, ia menjadi piyandel yang terkait erat dengan sebuah keyakinan dan kepercayaan. Kepercayaan bukan berisi tentang sesuatu yang pantas disembah atau dipuja, tetapi suatu wahana yang berwujud (wadag) yang berisi doa, harapan dan tuntunan hidup (filosofi hidup) masyarakat Jawa yang termaktub dalam “ sangka parang dumadi-sangka paraning pambudi-manungaling kawulo Gusti”. Piwulang-piweling ini terroemulasi dalam sebuah benda buatan yang disebut dengan keris atau tombak.
Basuki Teguh Yuwono melihat arti sebuah keris bagi manusia adalah sebagai berikut :
a.    Keris sebagai senjata
Hal ini terkait dengan keberadaan manusia dalam rangka mempertahankan kehidupannya, baik secara fisik maupun sosial budayanya.
b.    Keris sebagai lambang
Keris dengan segala kelenggkapannya merupakan salah satu penanda identitas pribadi dari pemiliknya.
c.    Keris sebagai atribut
Keris meruakan pelengkap atribut pakaian. Melalui atribut yan dipakai seseorang maka dapat diketahui status sosial dan drajatnya di tengah masyarakat. Di masyarakat Jawa, ada pepatah yang menyatakan bahwa bila berbusana adat tanpa memekai keris ibarat telanjang.
d.   Keris sebagai media ekspresi seni
Kitab “kawalang“ menyatakan bahwa masyarakat Jawa merupakan pemuja keindahan. Hasil imajinasi dan keindahan pola pikir para Empudituangkan dalam sebuah karya adi luhung berupa keris.
e.    Keris sebagai benda bertuah
Keris dipercaya memiliki tuah yang dapat mendukung kehidupan pemiliknya. Keris dipercaya memiliki daya magis sehingga sangat besar berpengaruh sugesti terhadap kehidupan pemiliknya.
f.     Keris sebagai benda koleksi
Keris merupakan karya seni bernilai tinggi sehingga menjadi salah satu benda koleksi yang mencerminkan kelas sosial pemiliknya.
2.             Proses Pembuatan Keris
Proses pembuatan keris dan tosan aji lainnya sebenarnya tidak berbeda jauh  dengan cara kerja pandai besi dalam membuat cankul, arit, atau pisau dapur. Proses pembuatan keris dari awal hingga finishing lebih dari dua puluh tahapan. Pekerjaan pertama yang harus disiapkan adalah segaja jenis bahan baku, peralatan dan sarana untuk pekerjaan.  bahan baku, peralatan dan sarana antara lain adalah :
a.    Besalen : tempat kerja, brngkel kerja atau workshop.
b.    Peralatan kerja, berupa ububan dan paron atau besi landasan tempa, palu besar dan palu kecil untuk empu, cabit, gergaji besi, pahat besi, balu dan berbagai macam kikir.
c.    Panjak atau tenaga pembantu, arang kayu jati kualitas terbaik.
d.   Bahan baku keris yang berupa :
-  Besi tempa sekitar 12 kg (untuk keris lurus) sampai 18kg (untuk keris luk)
-  Baja
-  Bahan pamor
Pertama-tama yang dikerjakan adalah bahan besinya. Proses pembersihan besi tempa ini atau yang dikenal dengan masuh atau mbesot. Proses ini dilakukan dengan cara besi dipanaskan dan ditempa secara terus menerus. Setelah besi menjadi panjang, besi tempa yang membara itu ditekuk sehingga membentuk huruf U. penempatan diteruskan pada sisi-sisi tekukan sehingga kedua tekukan itu menempel satu sama lain terus menerus. Setiap kali menekuk berarti jumlah lapisan pada besi itu bertambah.pada lekukan pertama, pamornya dua lapis.pada lekukan kedua pamor dan besinya menjadi enam lapisan pamor. Untuk kualitas baik, lapisan pamor pada besi bisa sampai ratusan jumlahnya. Dan begitu pula untuk yang kualitas istimewa, lapisan atau lekukannya bisa sampai ribuan. Besi tempa yang telah berlapis pamor disebut saton.
Tahap selanjutnya adalah memotong saton menjadi dua bagian dengan sama panjang. Kedua potongan saton lalu ditumpuk dan ditengahnya disisipkan lempengan baja tipis. Setelah saton dan bahan melekat erat satu sama yang lain, selanjutnya digergaji menjadi bentuk kodokan. Kodokan inilah yang selanjutnya ditempa lagi menjadi calonan. Yaitu, kodokan yang sudah dibentuk seperti keris. Dalam pembuatan calonan tergantung dari keris yang akan dibuat, apakah keris lurus atau keris luk. Setelah calonan keris sudah selesai, tahap selanjutnya adalah anggrabahi yaitu menjadikan keris sempurna dengan tambahan membuat kembang kacangnya, membuat jalennya, sogokannya, kruwingan dan sebagainya. Agar sempurna maka keris dihaluskan serta diberi warangka beserta aksesorisnya.
3.             Jenis-Jenis Keris
Keris adalah senjata tajam yang memang memiliki jenis yang beragam dan memiliki nama yang beragam pula. Dari berbagai jenis nama yang ada pada keris, pada dasarnya terbagi menjadi dua golongan besar, yaitu:
a.              Keris lajer
Keris lajer adalah keris yang memiliki bentuk lurus saja. Pada jaman dahulu keris lajer digunakan oleh para senopati kerajaan.
b.             Keris Luk
Keris luk selalu dinamakan sesuai dengan jumlah luk yang ada di bilahnya.  Pada bawah luk terdapat hiasan yang berupa pahatan dengan bentuk gambar yang bisa disesuaikan dengan keinginan sang empu.
Dari jumlah luk yang ada, yaitu luk 3, luk 5, luk 7, luk 9, luk 13, luk 15, luk 17, luk 19, luk 21, luk 25, luk 27 dan luk 29. Luk 23 tidak ada dalam sejarah pembuatan keris.[1]
Contoh Keris :
1)   Dapur       : Brojol. Pamor : Pedaringan Kebak. Tangguh : PB. Rangka: Gayaman Solo. Pendhok : Bunthon. Asal : Semarang
2)   Dapur : Brojol. Pamor : Junjung Drajat. tangguh: mataram. Rangka : Gayaman Solo. Pendhok : Bunthon. Asal : Semarang
3)   Dapur : Jalak Tilam Upih. Pamor : Ngulit Semongko. Tangguh : Mataram. Rangka : Ladrang Surakarta. Pendhok : Bunthon. Asal : Semarang
4)   Dapur : Brojol. Pamor : Ngulit Semongko. Tangguh : Mataram. Rangka : Gayaman Solo. Pendhok : Blewahan. Asal : Semarang.
5)   Dapur : Brojol. Pamor : Nyanak. Tangguh : Mataram. Rangka   : Gayaman Solo. Pendhok : Blewahan. Asal : Semarang
Keris Jaka (Kendal)
Keris dapur Jaka Lola dengan ricikan satu sogokan di depan, grendeng, ujung gunung, berpamor kulit semangka. Fungsi untuk senjata dan melancarkan rezeki.
1)   Dapur : Parungsari. Pamor           : Wengkon Isi. Tangguh : Medura. Rangka : Gayaman Solo. Pendhok : Blewahan. Asal:Semarang
2)   Dapur : Tilam Upih. Pamor : Wos Wutah. Tangguh : Mataram. Rangka : Gayaman Solo. Pendhok : Blewahan Kemalon. Asal : Semarang
3)   Dapur : Tilam Upih. Pamor : Wos Wutah. Tangguh : Mataram. Rangka : Gayaman Solo. Pendhok : Blewahan. Asal    : Semarang
Pedang kayu setigi
Kepedulian terhadap benda budaya yang adi luhung yang dapat dinikmati masyarakat umum. Pemilik menitipkan ke museum keris. Dibuat dari kayu setigi yang hidup di pulau Karimunjawa. Fungsi untuk senjata dan kekuatan. Asal : Semarang
1)   Dapur : Bakung. Pamor : Nyamak. Tangguh : Mataram. Rangka : Gayaman Jogja. Pendhok : Buthon. Asal : Semarang
2)   Kepedulian terhadap benda budaya yang adi luhung yang dapat dinikmati masyarakat umum. Asal: semarang
3)   Dapur : Sengkelas. Pamor : -. Tangguh : Mataram. Rangka : Gayaman Solo. Pendhok : Buthon. Asal : Semarang
1)   Keris Naga Leman
Keris berdapur naga leman karena bentuknya seperti naga yang tangguh. Fungsinya untuk senjata dan kebijakan
2)   Keris Tilam Upih (Semarang) Keris berdapur tilam upih , tangguh majapahit, buatan empu Djigjo. pamor keleng, berfungsi untuk senjata, tolak balak dan keselamatan.
 Keris Jamang
Keris berdapur jamang dengan ricikan sopokan pendek, belah bertingkat pamor kulit semangka. Keris berwarangka ladrang. Fungsi untuk senjata, kewibawaan dan keselamatan.
Dapur : Jangkung Cinarita. Pamor : Segara Muncar. Tangguh : HB. Rangka : Landrang Solo. Pendhok : Blewahan. Asal : Semarang
1)   Dapur       : Parung Sari. Pamor : Wos Wutah. Tangguh : HB. Rangka :Landrang. Pendhok : Topengan. Asal : Semarang
2)   Dapur : Sengkelat. Pamor : Wos Wutah. Tangguh : HB. Rangka : Gayaman Solo. Pendhok : Buton. Asal : Semarang
Dapur : Brojol. Pamor      : Junjung Drajat. Tangguh : Mataram. Rangka : Gayaman Solo. Pendhok : Buton. Asal : Semarang
Dapur : Jalak Tilam Upih. Pamor : Ngulit Semangka. Tangguh : Mataram. Rangka : Ladrang Surakarta. Pendhok : Bunthon. Asal : Semarang
Dapur       : Sabuk Tampar. Pamor : Wos Wulan Tangguh : Mataram. Rangka : Gayaman Solo. Pendhok : blewahan. Asal : Semarang
Blawongan (Jepara)
Tempat  keris yang menempel di dinding ini berukir motif wayang ini terbuat dari kayu jati. Keris yang ada berwarangka gayaman gaya. Yogyakarta sebelah kiri dan gayaman Surakarta sebelah kanan.
1)   Warangka Ladrang (Semarang)
Tiga buah keris dengan warangka ladrang gaya surakarta, beserta pendok, gorok dari lempengan kuningan, berberdiri diatas ploncor berukir motif tumbuhan dengan warna kayu hitam. Gagang keris berbentuk manusia khas ukiran gaya surakarta.
2)   Warangka Gayaman (Surakarta)
Warangka gayaman keris bergaya Yogyakarta dengan pendok, glorok dari kuningan bermotif suluran, timbul, dan di sebelah kanan keris, berwarangka gayaman, gaya surakarta, warna dari kayu sonokeling, pendoknya dilapisi logam tipis warna putih.
Keris Kidangsoka (Semarang)
Keris Kidangsoka berluk Sembilan, dengan Sengkelat berluk 13 berpamor kulit semangka, memiliki bilah tebal dan gagang berukir khas Surakarta Warangkanya ladrang berslorok kuningan motif saluran. Fungsi senjata, kewibawaan.
1)   Keris Pena (Semarang)
Keris sebagai ageman, dapat disamarkan bentuknya. Salah satunya keris dengan bilah kecil berbentuk pena. Selain memiliki fungsi sebagai pena, ujung yang lain merupakan bilah keris. Fungsinya untuk keselamatan atau ajian.
2)   Keris Tilam Upih (Semarang)
Keris lajer, berdapur tilam upih, berpamor kulit semongko, bilah agak tebal. Keris berwarangka gayaman dengan blewah slorok dari kuningan. Pegangan keris berbentuk manusia gaya Surakarta. Fungsi eskoterinya adalah kekayaan dan disegani orang.
Pedang Suduk (Semarang)
Pedang panjang dengan bilah agak panjang berpamor Punakawan Pendawa Lima dengan gagang dari kayu berbentuk kepala manusia secara sederhana. Sarung pedang terbuat dari kayu. Bagian atas terdapat lapisan pelipit dari lempengan kuningan.
Keris Nogorojo luk 13 (Semarang)
Keris luk 13
berdapur Nagaraja berpamor tinatah. Ragam hias ular. Setiap luk terdapat lubang. Dahulu lubang tersebut berisi inten atau emas. Fungsi inten atau emas tersebut adalah untuk meredam sifat galak dari keris. Warangka berbentuk ladrang ber slorok kuningan.
Keris Naga (Semarang)
Keris lajer ini berdapur naga menghadap ke kiri dan ekornya menjulur ke ujungkeris. Mendoknya terbuat dari perak motif karangan bertahta inten. Warangka berbentuk ladrang dengan dilapisi stiker warna merah. Gagangnya berukir gaya surakarta.
Plocon (Semarang)
Tempat keris ini berukir naga pada kedua sisinya dengan bagian kepala bawah badan menjulur ke atas. Bagian tengahnya terdapat lobang untuk tempat keris.
Keris Lajer (Semarang)
Keris lajer berbilah agak tebal. Pendoknya ada meniran. Warangkanya gayaman serta terdapat gambar timbul ayam.
1)   Keris Putut (Rembang)
Keris Putut berjenis lajer merupakan ageman Sunan Bonang. Bagian gagang berbentuk manusia. Dahulu dimiliki Ibu Suhartati dari rembang. Eksotaris keris adalah untuk selamatan.
2)   Keris Budo (Rembang)
Keris cukup tua jaman Majapahitan, dulu pegangan Sunan Bonang yang dimiliki Ibu Suharti dari rembang.
Keris Semar Kuncung (Semarang)
Keris berbentuk semar berkuncung dengan pakaian motif kawung. Eksoterinya kebijaksanaan dan cinta kasih.
Keris Budo (Magelang)
Keris berbentuk lajer dengan dapur Bethok, termasuk jenis keris tua atau budo. Eksoteris adalah meredam  kekuatan keris lain yang menyerang pemilik atau keluarganya.
 
4.             Cara Pelestariaan Keris
Keris sebagai karya adi luhung nenek moyang bangsa Indonesia telah melekat dalam alam pikir serta kehidupan masyarakat Indonesia. Keris dengan segala aspekya telah menjadi slah satu pedoman berperilaku individual, sosial, bernegara dan berkeTuhanan. Oleh karena itu, dunia perkerisan telah berperan membentuk mentalitas bangsa Indonesia yang berkarakter budaya. Nilai sebuah keris yang tersirat maupun yang tersurat begitu indah dan agung, kini mulai surut dan tersingkirkan. Tata nilai dalam perkerisan seringkali dipandang dari satu sisi saja dan tidak secara utuh, bahkan cendurung berisifat mistis yang ditonjolkannya. Sehingga hal ini terjadi pembiasaan pemahaman. Peringatan para leluhur tentang hal berbunyi: “Janjine dudu jimat kemat, ananging agunging Gusti kang pinuju.”
Janji bukan jimat melainkan keagungan Tuhanlah yang mesti diluhurkan. Oleh karena itu selayaknyalah pengetahuan dan informasi tentang keris dibuka selebarnya kepada masyarakat luas agar mereka dapat memahami sebagaimana mestinya. Selain itu, kecintaan dan kebanggaan dari masyarakat terhadap keris sangat dibutuhkan. Sebab melalui hal itu, mereka akan terdorong untuk melestarikan buah karya adi luhung nenek moyang kita.
BAB IV
ANALISIS BUDAYA JAWA
Keris merupakan senjata khas mayarakat Jawa dan kalangan masyarakat Jawa, keris dianggap sebagai benda leluhur. Namun selama ini, masyarakat kurang memahami senjata tradisional tersebut.
Keris yang pada zaman dahulu umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan persenjataan perang maupun ritual-ritual atau upacara kepercayaan. Namun seiring dengan perkembangan zaman yang sudah maju seperti sekarang ini, masyarakat lebih cenderung menggunakan keris  hanya sebagai  menjadi pelengkap pakaian adat (ageman) seperti dalam acara pernikahan. Kalau pun masih ada yang menggunakan keris untuk keperluan ritual magis itu sudah jarang.
Sebagai masyarakat yang menghargai budaya dan tradisi, seharusnya juga mengerti dan paham tentang budaya dan tradisi-tradisi yang ada di daerahnya sendiri seperti keris yang memerlukan kelestarian tersendiri agar tidak terkikis oleh perkembangan zaman yang semakin maju.
BAB IV
KESIMPULAN
Hasil pengamatan kami di museum Ronggowarsito, kami menyimpulkan bahwa Keris sebagai karya adi luhung nenek moyang bangsa Indonesia telah melekat dalam alam pikir serta kehidupan masyarakat Indonesia. Keris dengan segala aspekya telah menjadi salah satu pedoman berperilaku individual, sosial, bernegara dan berkeTuhanan. Di dunia perkerisan telah berperan membentuk mentalitas bangsa Indonesia yang berkarakter budaya. Oleh karena itu, selayaknya kita menjaganya, dan meninformasikan kepada masyarakat tentang keris, sehingga mereka terdorong untuk melestarikan benda leluhur itu.
BAB V
PENUTUP
Demikian laporan study field di Museum Ronggowarsito yang dapat kami susun. Kami meminta maaf apabila ada kekurangan atau terjadi kesalahan baik dalam sistematika penulisan maupun mengenai isi laporan. Kami menyadari sebagai manusia biasa memang tidak bisa luput dari kesalahan tidak terkecuali dengan laporan yang telah kami buat. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi terciptanya laporan yang lebih baik lagi. Semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua. Amiiin.
DAFTAR PUSTAKA
Pamungkas, Ragil. Mengenal Keris Senjata Magis Masyarakat Jawa. Yogyakarta : Narasi. 2002


[1] Ragil Pamungkas, Mengenal Keris Senjata Magis Masyarakat Jawa, (Yogyakarta: Narasi, 2002), hlm. 69

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

# Selamat Datang di Blog Saling Berbagi # Dalam Blog ini teman-teman bisa mendapatkan banyak ilmu pengetahuan # Terimakasih Atas Kunjungannya#