MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Manajemen Pendidikan Islam
Dosen
Pengampu : Dr. H.Fatah Syukur.NC., M.
Ag.
Disusun
Oleh :
Dillan
Azaly Al-Farozi (
123311013 )
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
Usaha-usaha perbaikan sistem
pendidikan dan sistem sekolah untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan
pembelajaran sekarang ini sedang gencar dilakukan. Berbagai pihak yang peduli
terhadap kemajuan pendidikan bergerak dengan berbagai metode dan cara untuk
mencapi tujuan . Mulai dari peningkatan mutu pendidikan, perbaikan sarana dan
prasarana sekolah, mengembangkan metode pembelajaran dan pengajaran yang
inovatif, mengembangkan kurikulum hingga meningkatkan kualitas dan
kesejahteraan guru.
Banyaknya cara yang dilakukan untuk
memperbaiki kualitas pendidikan tidak akan menjamin tercapainya tujuan program
tersebut. Karena keberhasilan implementasi usaha perbaikan tersebut bergantung
kepada kepemimpinan sekolah.
Salah satu faktor yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin untuk dapat mencapai keberhasilan organisasi adalah memiliki
kecerdasan emosional (Emotional Quotient) yang
baik. Dengan kecerdasan emosional yang baik, seorang pemimpin akan dapat
menjalin hubungan yang harmonis dengan bawahannya sehingga segala program yang
ditetapkan dapat tercapai dengan baik.
Oleh karena itu, di dalam
makalah yang sederhana ini akan dibahas mengenai Emotional Quotient (EQ) dalam
kepemimpinan pendidikan Islam.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Apa pengertian kepemimpinan?
B.
Apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas pemimpin?
C.
Apa pengertian Emotional
Quotient (EQ)?
D.
Fungsi EQ dalam kepemimpinan
pendidikan?
E.
Bagaimana karakteristik
kepemimpinan EQ?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kepemimpinan
“Kepemimpinan” diterjemahkan dari Bahasa Inggris “Leadership”.
Dalam Ensiklopedi Umum seperti dikutip oleh Engkoswara & Aan Komariah,
kepemimpinan diartikan sebagai “hubungan yang erat antara seorang dan kelompok
manusia, karena ada kepentingan yang sama. Hubungan
tersebut ditandai oleh tingkah laku yang tertuju dan terbimbing dari pemimpin
dan yang dipimpin.[1]
Sedangkan
menurut Wukir, kepemimpinan merupakan seni memotivasi dan mempengaruhi
sekelompok orang untuk bertindak mencapai tujuan bersama.[2] Dan E.
Mulyasa seperti dikutip oleh Zamroni dan Umiarso mendefinisikan Kepemimpinan
sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap
pencapaian tujuan organisasi.[3]
Dari
beberapa definisi kepemimpinan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar
orang tersebut mau bekerjasama (mengkolaborasi dan mengelaborasi potensinya)
untuk mencapai tujuan yang telah dietapkan.
Ada
tiga teori atau pendekatan kepemimpinan yaitu pendekatan sifat-sifat
kepemimpinan, pendekatan perilaku, dan pendekatan situasional.
1.
Pendekatan sifat-sifat
kepemimpinan
Pendekatan teori ini lebih
menekankan pada atribut-atribut atau ciri-ciri pribadi yang dimiliki seorang
pemimpin.
Pemimpin yang memiliki ciri
kepemimpinan adalah seseorang yang memiliki kualitas diri yang baik tercermin
dari sifat-sifat atau watak. Biasanya sifat atau watak yang diharapkan anggota
dari pemimpinnya adalah cerdas, bijak, semangat, tanggung jawab, dan dapat
dipercaya.
2.
Pendekatan perilaku (Behaviour
Approach)
Pendekatan perilaku
menekankan pentingnya perilaku yang dapat diamati atau yang dilakukan oleh para
pemimpin dari sifa-sifat pribadi atau sumber kewibawaan yang dimilikinya.[4]
3.
Pendekatan situasional
Pendekatan situasional berpandangan bahwa keefektifan kepemimpinan
bergantung pada kecocokan antara pribadi, tugas, kekuatan, sikap, dan persepsi.[5]
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin
Menurut
H. Jodeph Reitz sebagaimana dikutip oleh Zamroni & Umiarso, faktor-faktor
yang mempengaruhi efektivitas pemimpin
antara lain sebagai berikut :
1.
Kepribadian (personality),
pengalaman masa lalu dan harapan pemimipin, hal ini mencakup nilai-nilai dasar,
latar belakng dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya
kepemimpinan.sebagai contoh jika ia pernah sukses dengan cara menghargai
bawahan dalam pemenuhan kebutuhannya, cenderung akan menerapkan gaya
kepemimpinan yang berorientasi kepada bawahan.
2.
Penghargaan dan perilaku
atasan, sebagai contoh atasan yang secara jelas memakan gaya yang berorientasi
pada tugas, cenderung manajer menggunakan gaya itu.
3.
karakteristik, harapan dan
perilaku bawahan, mempengaruhi terhadap gaya kepemimpinan manajer
4.
kebutuhan tugas, setiap
tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya kepemimpinan.
5.
Iklim dan kebijakan
organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan Sebagai contoh kebijakan
dalam pemeberian penghargaan, imbalan dengan skala gaji yang ditunjang dengan
insentif lain (dan, bonus, cuti) akan mempengaruhi motivasi kerjaan bawahan
6.
Harapan dan perilaku rekan.
Sebagai contoh manajer membentuk persahabatan dengan rekan-rekan dalam
organisasi. Sikap mereka ada yang repatasi, tidak mau koperatif, sehingga
mempengaruhi rekan-rekannya.[6]
C. Pengertian Emotional Quotient (EQ)
Emosi merupakan istilah
makna tepatnya masih membingungkan baik para ahli psikologi maupun filsafat
selama lebih dari satu abad. Dalam makna harfiah Oxford English Dictionary mendefinisikan
emosi sebagai sikap kegatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap
keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Emosi merujuk pada suatu perasaan
dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis dan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Salah seorang yang
mempelopori kecerdasan emosional adalah Bar-On, seorang psikolog Israel yang
menulis konsep ini dalam naskah disertasinya pada tahun 1980-an. Dalam naskah
tersebut Bar-On mengatakan bahwa Emotional Intellegence adalah “
serangkaian kemampuan pribadi,emosi, dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungannya.[7]
Selain teori yang
dikemukakan oleh Bar-On masih ada lagi teori lain yan dikemukakan oleh Peter
Salovery dan John Mayer dari Hampshire University. Menurut keduanya Emotional
Intellegence adalah kemampuan untuk memproses informasi yang bersifat
emosional yang di dalamnya mengandung persepsi asimilasi, pemahaman dan
manajemen emosional.
Sementara itu David Goleman
mengatakan kecerdasan emosional adalah kemampuan-kemampuan seperti kemampuan-kemampuan memotivasi diri
sendiri dan bertahan dalam menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan
tidak berlebih-lebihan, mengatur suasana hati dan menjaga agar hati tetap
berfikir jernih dan berempati dan optimis.[8]
Dari beberapa pendapat diatas,
dapat diambil kesimpulan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang
untuk menerima, menilai, mengelola serta mengontrol emosi dengan baik pada
dirinya sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
D. Fungsi EQ dalam kepemimpinan pendidikan
Sebagai sebuah sistem yang
komplek, emosi memainkan peranan yang cukup besar dalam kehidupan manusia.
karena demikian besarnya peranan yang dimainkannya, maka tidak mengherankan
jika emosi menjadi begitu penting bagi manusia.
Ada beberapa alasan yang
menjadikan emosi menjadi suatu hal yang penting bagi kehidupan manusia.
1.
Survival (kelangsungan hidup)
Alam
telah mengembangkan emosi-emosi manusia dalam evolusi jutaan tahun. Sebagai
hasilnya, emosi-emosi tersebut mempunyai potensi untuk membantu manusia menjadi
sebuah sistem yang memberikan petunjuk bagi masalah yang bersifat internal yang
sulit dan kompleks.
2.
Decision making (pengambilan keputusan)
Emosi-emosi
manusia merupakan sumber informasi yang sangat berharga. Hal ini dikarenakan
emosi-emosi tersebut membantu manusia dalam mengambil keputusan.
3.
Boundary setting (penentuan batasan)
Ketika
seseorang merasa tidak nyaman dengan perilaku orang lain, maka emosi-emosinya
memberikan peringatan kepadanya. Jika manusia mau belajar untuk mempercayai
emosi-emosinya dan merasa percaya diri untuk mengekpresikan dirinya, maka orang
lain akan tahu bahwa dia merasakan tidak nyaman seketika dia menyadari
perasaannya itu. Hal ini akan membantunya untuk menentukan batasannya dimana
hal ini sangat penting untuk melindungi kesehatan psikis dan mentalnya.
4.
Communication (komunikasi)
Emosi-emosi
yang ada pada diri manusia akan menganutnya untuk dalam berkomunikasi dengan
orang lain. Sebagai contoh yaitu ekpresi wajah manusia. jika seseorang
kelihatan sedih atau sakit hati, maka dia akan memberi tanda kepada orang lain
bahwa dia membutuhkan bantuan.
5.
Utility (kesatuan)
Emosi manusia barangkali merupakan sumber
potensi yang sangat besar untuk menyatukan seluruh umat manusia.[9]
Menurut Goleman seperti
dikutip oleh Fatah Syukur, EQ sebagaimana yang diadopsi dari model yang
dikembangkan oleh Salovey dan Mayer mempunyai cakupan lima kemampuan dasar.
Lima kemampuan dasar tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Self Awarennes (kesadaran diri), yaitu
mengetahui apa yang dirasakan pada suatu kondisi, dan menggunakan perasaan
tersebut dalam pengambilan keputusan diri sendiri. Indikatornya realistis atas
kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
2.
Self Regulation (pengaturan diri), yaitu
kemampuan menangani emosi sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas,
peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kepuasan sebelum tercapainya suatu
sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi
3.
Motivasi (motivasi), menggunakan
hasrat untuk menuju sasaran, menuntun dan membantu inisiatif dan bertindak
sangat efektif untuk bertahan menghadapi kegagalan frustasi.[10]
4.
Empati, merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan
hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.
5.
Social skill (keterampilan sosial),
menjaga emosi ketika berhubungan dengan orang lain dan cermat membaca situasi,
berinteraksi dengan lancar, dan menggunakan keterampilan ini untuk mempengaruhi
dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerja
sama dalam tim.[11]
E.
Karakteristik kepemimpinan EQ
1.
Penyingkapan diri
Dapat berbagi perasaan
merupakan suatu pertanda kekuatan. Sebagian pemimpin pengekpresian perasaan
merupakan tindakan negatif dan akan membatasi kefektifan. Adalah benar bahwa
membuat pengakuan pribadi atau memberikan informasi yang dapat merugikan
reputasi anda atau orang lain adalah tidak bijaksana. Ada orang yang selalu
mencari kesempatan mendiskreditkan kesuksesan orang lain. Pengungkapan diri
berarti mengetahui bagaimana mempresentasikan pandangan positif dan cerah.
Orang yang dapat melakukan ini sering membuat lingkungan dimana orang lain
merasa aman mengungkapkan perasaannya. Inilah awal persahabatan yang produktif
dan menciptakan sistem pendukung, sinergi tim, kemitraan, produktivitas, dan
pemecahan masalah. Sayangnya, banyak organisasi gagal mengembangkan lingkungan
bersuasana bisnis yang harmonis, karena orang merasa tidak aman untuk berbagi
apa yang mereka pikirkan.
2.
Wawasan
Mampu mengenali pola dalam
emosi dan reaksi berrati dapat mengenali kecenderungan tertentu, baik positif
atau negatif apa yang dirinya lakukan dengan pengetahuan ini akan menentukan
tingkatan komitmen terhadap perubahan. Sering kali dirinya tidak menyadari cara
menaklukan diri saat menghadapi orang, khususnya ketika mengadapai emosi.
3.
Tanggung jawab pribadi
Memberikan wejangan yang
memotivasi merupakan cara menaikkan potensi karyawan dan misi organisasi.
Bahkan jika tidak ada tindak lanjut pun, cara ini sebetulnya tidak mengurangi
kekuasaan. Namun pemimpin akan kehilangan karisma jika tidak menepati janji.
Karyawan dan pelanggan tidak lagi mudah dibodohi dengan retorika dan karisma.
Mereka menginginkan tindakan. Merealisasikan berarti memiliki tanggung jawab
pribadi untuk menggapai hasil.
Seorang pemimpin perlu
terlibat aktif dan bertanggung jawab terhadap proses pengembangan dan
implementasi. Pemimpin yang selalu aktif dan tertarik ikut andil dalam proses
perubahan dan ingin bagaimana dampaknya terhadap karyawan biasanya selalu
mendambakan hasil positif.
4.
Ekpresi
Pernyataan “bukan apa yang
anda katakan, tetapi bagaimana anda mengatakan bahwa sesuatu selalu
diperhitungkan” memang benar adanya. Apa yang anda katakan bisa membuat
perbedaan hubungan antar pribadi. Misalnya, jika memberitahu bawahan bahwa ia
dipecat, apa pun nada anda dalam mengucapkan kalimat ini, maknanya masih sama.
Bentuk ungkapan, derajat empati, dan pertimbangan terhadap seseorang dapat
membuat respon orang lain berbeda.
5.
Pemegang saham
Pemimpin dengan sikap
pemegang saham memberikan anggota berbagi rasa dalam kesuksesan dan tantangan
organisasi. Anggota diberikan saham beban untuk merealisasikan misi perusahaan
dan bertanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan. Pemimpin dengan mental
seperti ini tahu bagaimana mendelegasikan dan memberikan peluang kepada anggota
yang lainnya untuk menyumbangkan kreatifitas kepada suatu posisi. Dalam
lingkungan semacam ini, orang merasa memiliki perusahaan dan akan berkerja
sebaik-baiknya.[12]
IV.
ANALISIS
Keberhasilan
atau kemunduran suatu organisasi atau lembaga sangat ditentukan oleh
kepemimpinan seorang pemimpin.
Kepemimpinan
seorang pemimpin dapat berjalan dengan baik, apabila seorang pemimpin mempunyai
modal yang baik pula. Salah satu modal yang harus dimiliki seorang pemimpin
adalah memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang baik.
Dengan
kecerdasan emosional (EQ) yang baik akan membuat seorang pemimpin dapat
menjalin hubungan yang baik dan harmonis dengan bawahannya. Dan dari hubungan yang harmonis antara seorang
pemimpin dan bawahannya akan membuat segala program yang ditetapkan dapat
terlaksana dengan baik.
V. KESIMPULAN
Dari
pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Kepemimpinan
tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau
bekerjasama (mengkolaborasi dan mengelaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan
yang telah dietapkan.
Tiga
teori atau pendekatan kepemimipinan yaitu:
a.
Pendekatan sifat-sifat
kepemimpinan
b.
Pendekatan perilaku
c.
Pendekatan situasional
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin
:
a.
Kepribadin (personality)
b.
Penghargaan dan perilaku
atasan
c.
Karakteristik, harapan dan
perilaku bawahan
d.
Kebutuhan tugas
e.
Iklim dan kebijakan
organisasi mempengaruhi perilaku bawahan
f.
Harapan dan perilaku rekan
kecerdasan
emosional adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola serta
mengontrol emosi dengan baik pada dirinya sendiri dan dalam hubungan dengan
orang lain.
Karakteristik kepemimpinan EQ adalah sebagai berikut
:
a.
Penyingkapan diri
b.
Wawasan
c.
Tanggung jawab pribadi
d.
Ekpresi
e.
Pemegang saham
VI. PENUTUP
Demikian makalah ini kami buat.
Kami memohon maaf apabila di dalam penyusunan makalah ini masih tedapat banyak
kekurangan dan kesalahan, karena kesempurnaan hanyalah milik-Nya, dan kami
hanyalah manusia yang tidak pernah luput dari kekurangan dan kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Komariah, Engkoswara & Aan. 2010. Administrasi
Pendidikan, Bandung: ALFABETA.
Syukur ,Fatah. 2011. Manajemen
Pendidikan Berbasis Madrasah, Semarang : Pustaka Rizqi Putra.
Umiarso, Zamroni. 2011. ESQ & Model Kepemimpinan Pendidikan :
Konstruksi Sekolah Berbasis Spiritual, Semarang : Rasail Media Group.
Wahjosumidjo. 2010. Kepemimpinan
Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahnnya, Jakarta : RajaGrafindo
Persada.
Wukir. 2013. Manajemen Sumber Daya
Manusia Dalam Organisasi Sekolah, Yogyakarta : Multi Presindo.
http://farisaherswandaniakhzan.blogspot.com/2012/12/komponen-dasar-kecerdasan-emotional-eq4.html
diakses pada 1 November 2014 pada pukul 09.00 WIB
http://hierry-makalah.blogspot.com/2010/01/eq-dalam
-kepemimpinan-pendidikan.html diakses pada 26 September 2014 pukul
19.30 WIB
[2]
Wukir, Manajemen Sumber
Daya Manusia Dalam Organisasi Sekolah, Yogyakarta : Multi Presindo, 2013.
Hlm 134
[3]
Zamroni &Umiarso, ESQ
& Model Kepemimpinan Pendidikan : Konstruksi Sekolah Berbasis Spiritual,
Semarang : Rasail Media Group, 2011. Hlm 89
[4]
Wahjosumidjo, Kepemimpinan
Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahnnya, Jakarta : RajaGrafindo
Persada, 2010. Hlm. 23
[5]
Fatah Syukur, Manajemen
Pendidikan Berbasis Madrasah, Semarang : Pustaka Rizqi Putra, 2011. Hlm. 28
[6]
Zamroni &Umiarso, ESQ
& Model Kepemimpinan Pendidikan : Konstruksi Sekolah Berbasis Spiritual,
Semarang : Rasail Media Group, 2011. Hlm 30
[7] http://hierry-makalah.blogspot.com/2010/01/eq-dalam
-kepemimpinan-pendidikan.html diakses pada 26 September 2014 pukul
19.30 WIB
[8]
Fatah Syukur, Manajemen
Pendidikan Berbasis Madrasah, Semarang : Pustaka Rizqi Putra, 2011. Hlm. 31
[9]
http://hierry-makalah.blogspot.com/2010/01/eq-dalam
-kepemimpinan-pendidikan.html diakses pada 26 September 2014 pukul
19.30 WIB
[11]http://farisaherswandaniakhzan.blogspot.com/2012/12/komponen-dasar-kecerdasan-emotional-eq4.html diakses pada 1 November
2014 pada pukul 09.00 WIB
[12] Fatah Syukur, Manajemen
Pendidikan Berbasis Madrasah, Semarang : Pustaka Rizqi Putra, 2011. Hlm. 36
Tidak ada komentar:
Posting Komentar