19 Mei 2015

Makalah EQ DALAM KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM


 EQ DALAM KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM
MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Manajemen Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dr. H.Fatah Syukur.NC., M. Ag.

 

Disusun Oleh :

     Dillan Azaly Al-Farozi                           ( 123311013 )



FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014





I.         PENDAHULUAN
Usaha-usaha perbaikan sistem pendidikan dan sistem sekolah untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran sekarang ini sedang gencar dilakukan. Berbagai pihak yang peduli terhadap kemajuan pendidikan bergerak dengan berbagai metode dan cara untuk mencapi tujuan . Mulai dari peningkatan mutu pendidikan, perbaikan sarana dan prasarana sekolah, mengembangkan metode pembelajaran dan pengajaran yang inovatif, mengembangkan kurikulum hingga meningkatkan kualitas dan kesejahteraan guru.
 Banyaknya cara yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan tidak akan menjamin tercapainya tujuan program tersebut. Karena keberhasilan implementasi usaha perbaikan tersebut bergantung kepada kepemimpinan sekolah.
Salah satu faktor yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin untuk dapat mencapai keberhasilan organisasi adalah memiliki kecerdasan emosional (Emotional Quotient) yang baik. Dengan kecerdasan emosional yang baik, seorang pemimpin akan dapat menjalin hubungan yang harmonis dengan bawahannya sehingga segala program yang ditetapkan dapat tercapai dengan baik.
Oleh karena itu, di dalam makalah yang sederhana ini akan dibahas mengenai Emotional Quotient (EQ) dalam kepemimpinan pendidikan Islam.

II.      RUMUSAN MASALAH
A.       Apa pengertian kepemimpinan?
B.       Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin?
C.       Apa pengertian Emotional Quotient (EQ)?
D.       Fungsi EQ dalam kepemimpinan pendidikan?
E.        Bagaimana karakteristik kepemimpinan EQ?

III.   PEMBAHASAN  
A.       Pengertian Kepemimpinan
“Kepemimpinan” diterjemahkan dari Bahasa Inggris “Leadership. Dalam Ensiklopedi Umum seperti dikutip oleh Engkoswara & Aan Komariah, kepemimpinan diartikan sebagai “hubungan yang erat antara seorang dan kelompok manusia, karena ada kepentingan yang sama. Hubungan tersebut ditandai oleh tingkah laku yang tertuju dan terbimbing dari pemimpin dan yang dipimpin.[1]
Sedangkan menurut Wukir, kepemimpinan merupakan seni memotivasi dan mempengaruhi sekelompok orang untuk bertindak mencapai tujuan bersama.[2] Dan E. Mulyasa seperti dikutip oleh Zamroni dan Umiarso mendefinisikan Kepemimpinan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi.[3]
Dari beberapa definisi kepemimpinan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerjasama (mengkolaborasi dan mengelaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan yang telah dietapkan.
Ada tiga teori atau pendekatan kepemimpinan yaitu pendekatan sifat-sifat kepemimpinan, pendekatan perilaku, dan pendekatan situasional.
1.         Pendekatan sifat-sifat kepemimpinan
Pendekatan teori ini lebih menekankan pada atribut-atribut atau ciri-ciri pribadi yang dimiliki seorang pemimpin.
Pemimpin yang memiliki ciri kepemimpinan adalah seseorang yang memiliki kualitas diri yang baik tercermin dari sifat-sifat atau watak. Biasanya sifat atau watak yang diharapkan anggota dari pemimpinnya adalah cerdas, bijak, semangat, tanggung jawab, dan dapat dipercaya.
2.         Pendekatan perilaku (Behaviour Approach)
Pendekatan perilaku menekankan pentingnya perilaku yang dapat diamati atau yang dilakukan oleh para pemimpin dari sifa-sifat pribadi atau sumber kewibawaan yang dimilikinya.[4]


3.         Pendekatan situasional
       Pendekatan situasional berpandangan bahwa keefektifan kepemimpinan bergantung pada kecocokan antara pribadi, tugas, kekuatan, sikap, dan persepsi.[5]

B.     Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin
Menurut H. Jodeph Reitz sebagaimana dikutip oleh Zamroni & Umiarso, faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin  antara lain sebagai berikut :
1.      Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimipin, hal ini mencakup nilai-nilai dasar, latar belakng dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.sebagai contoh jika ia pernah sukses dengan cara menghargai bawahan dalam pemenuhan kebutuhannya, cenderung akan menerapkan gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada bawahan.
2.      Penghargaan dan perilaku atasan, sebagai contoh atasan yang secara jelas memakan gaya yang berorientasi pada tugas, cenderung manajer menggunakan gaya itu.
3.      karakteristik, harapan dan perilaku bawahan, mempengaruhi terhadap gaya kepemimpinan manajer
4.      kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya kepemimpinan.
5.      Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan Sebagai contoh kebijakan dalam pemeberian penghargaan, imbalan dengan skala gaji yang ditunjang dengan insentif lain (dan, bonus, cuti) akan mempengaruhi motivasi kerjaan bawahan
6.      Harapan dan perilaku rekan. Sebagai contoh manajer membentuk persahabatan dengan rekan-rekan dalam organisasi. Sikap mereka ada yang repatasi, tidak mau koperatif, sehingga mempengaruhi rekan-rekannya.[6]



C.       Pengertian Emotional Quotient (EQ)
Emosi merupakan istilah makna tepatnya masih membingungkan baik para ahli psikologi maupun filsafat selama lebih dari satu abad. Dalam makna harfiah Oxford English Dictionary mendefinisikan emosi sebagai sikap kegatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Salah seorang yang mempelopori kecerdasan emosional adalah Bar-On, seorang psikolog Israel yang menulis konsep ini dalam naskah disertasinya pada tahun 1980-an. Dalam naskah tersebut Bar-On mengatakan bahwa Emotional Intellegence adalah “ serangkaian kemampuan pribadi,emosi, dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungannya.[7]
Selain teori yang dikemukakan oleh Bar-On masih ada lagi teori lain yan dikemukakan oleh Peter Salovery dan John Mayer dari Hampshire University. Menurut keduanya Emotional Intellegence adalah kemampuan untuk memproses informasi yang bersifat emosional yang di dalamnya mengandung persepsi asimilasi, pemahaman dan manajemen emosional.
Sementara itu David Goleman mengatakan kecerdasan emosional adalah kemampuan-kemampuan  seperti kemampuan-kemampuan memotivasi diri sendiri dan bertahan dalam menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak berlebih-lebihan, mengatur suasana hati dan menjaga agar hati tetap berfikir jernih dan berempati dan optimis.[8]
Dari beberapa pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola serta mengontrol emosi dengan baik pada dirinya sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.


D.    Fungsi EQ dalam kepemimpinan pendidikan
Sebagai sebuah sistem yang komplek, emosi memainkan peranan yang cukup besar dalam kehidupan manusia. karena demikian besarnya peranan yang dimainkannya, maka tidak mengherankan jika emosi menjadi begitu penting bagi manusia.
Ada beberapa alasan yang menjadikan emosi menjadi suatu hal yang penting bagi kehidupan manusia.
1.      Survival (kelangsungan hidup)
Alam telah mengembangkan emosi-emosi manusia dalam evolusi jutaan tahun. Sebagai hasilnya, emosi-emosi tersebut mempunyai potensi untuk membantu manusia menjadi sebuah sistem yang memberikan petunjuk bagi masalah yang bersifat internal yang sulit dan kompleks. 
2.      Decision making (pengambilan keputusan)
Emosi-emosi manusia merupakan sumber informasi yang sangat berharga. Hal ini dikarenakan emosi-emosi tersebut membantu manusia dalam mengambil keputusan.
3.      Boundary setting (penentuan batasan)
Ketika seseorang merasa tidak nyaman dengan perilaku orang lain, maka emosi-emosinya memberikan peringatan kepadanya. Jika manusia mau belajar untuk mempercayai emosi-emosinya dan merasa percaya diri untuk mengekpresikan dirinya, maka orang lain akan tahu bahwa dia merasakan tidak nyaman seketika dia menyadari perasaannya itu. Hal ini akan membantunya untuk menentukan batasannya dimana hal ini sangat penting untuk melindungi kesehatan psikis dan mentalnya.
4.      Communication (komunikasi)
Emosi-emosi yang ada pada diri manusia akan menganutnya untuk dalam berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai contoh yaitu ekpresi wajah manusia. jika seseorang kelihatan sedih atau sakit hati, maka dia akan memberi tanda kepada orang lain bahwa dia membutuhkan bantuan.
5.      Utility (kesatuan)
 Emosi manusia barangkali merupakan sumber potensi yang sangat besar untuk menyatukan seluruh umat manusia.[9]
Menurut Goleman seperti dikutip oleh Fatah Syukur, EQ sebagaimana yang diadopsi dari model yang dikembangkan oleh Salovey dan Mayer mempunyai cakupan lima kemampuan dasar. Lima kemampuan dasar tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Self Awarennes (kesadaran diri), yaitu mengetahui apa yang dirasakan pada suatu kondisi, dan menggunakan perasaan tersebut dalam pengambilan keputusan diri sendiri. Indikatornya realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
2.      Self Regulation (pengaturan diri), yaitu kemampuan menangani emosi sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kepuasan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi
3.      Motivasi (motivasi), menggunakan hasrat untuk menuju sasaran, menuntun dan membantu inisiatif dan bertindak sangat efektif untuk bertahan menghadapi kegagalan frustasi.[10]
4.      Empati, merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.
5.      Social skill (keterampilan sosial), menjaga emosi ketika berhubungan dengan orang lain dan cermat membaca situasi, berinteraksi dengan lancar, dan menggunakan keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerja sama dalam tim.[11]

E.     Karakteristik kepemimpinan EQ
1.         Penyingkapan diri
Dapat berbagi perasaan merupakan suatu pertanda kekuatan. Sebagian pemimpin pengekpresian perasaan merupakan tindakan negatif dan akan membatasi kefektifan. Adalah benar bahwa membuat pengakuan pribadi atau memberikan informasi yang dapat merugikan reputasi anda atau orang lain adalah tidak bijaksana. Ada orang yang selalu mencari kesempatan mendiskreditkan kesuksesan orang lain. Pengungkapan diri berarti mengetahui bagaimana mempresentasikan pandangan positif dan cerah. Orang yang dapat melakukan ini sering membuat lingkungan dimana orang lain merasa aman mengungkapkan perasaannya. Inilah awal persahabatan yang produktif dan menciptakan sistem pendukung, sinergi tim, kemitraan, produktivitas, dan pemecahan masalah. Sayangnya, banyak organisasi gagal mengembangkan lingkungan bersuasana bisnis yang harmonis, karena orang merasa tidak aman untuk berbagi apa yang mereka pikirkan.
2.         Wawasan
Mampu mengenali pola dalam emosi dan reaksi berrati dapat mengenali kecenderungan tertentu, baik positif atau negatif apa yang dirinya lakukan dengan pengetahuan ini akan menentukan tingkatan komitmen terhadap perubahan. Sering kali dirinya tidak menyadari cara menaklukan diri saat menghadapi orang, khususnya ketika mengadapai emosi.
3.         Tanggung jawab pribadi
Memberikan wejangan yang memotivasi merupakan cara menaikkan potensi karyawan dan misi organisasi. Bahkan jika tidak ada tindak lanjut pun, cara ini sebetulnya tidak mengurangi kekuasaan. Namun pemimpin akan kehilangan karisma jika tidak menepati janji. Karyawan dan pelanggan tidak lagi mudah dibodohi dengan retorika dan karisma. Mereka menginginkan tindakan. Merealisasikan berarti memiliki tanggung jawab pribadi untuk menggapai hasil.
Seorang pemimpin perlu terlibat aktif dan bertanggung jawab terhadap proses pengembangan dan implementasi. Pemimpin yang selalu aktif dan tertarik ikut andil dalam proses perubahan dan ingin bagaimana dampaknya terhadap karyawan biasanya selalu mendambakan hasil positif.
4.         Ekpresi
Pernyataan “bukan apa yang anda katakan, tetapi bagaimana anda mengatakan bahwa sesuatu selalu diperhitungkan” memang benar adanya. Apa yang anda katakan bisa membuat perbedaan hubungan antar pribadi. Misalnya, jika memberitahu bawahan bahwa ia dipecat, apa pun nada anda dalam mengucapkan kalimat ini, maknanya masih sama. Bentuk ungkapan, derajat empati, dan pertimbangan terhadap seseorang dapat membuat respon orang lain berbeda.
5.         Pemegang saham
Pemimpin dengan sikap pemegang saham memberikan anggota berbagi rasa dalam kesuksesan dan tantangan organisasi. Anggota diberikan saham beban untuk merealisasikan misi perusahaan dan bertanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan. Pemimpin dengan mental seperti ini tahu bagaimana mendelegasikan dan memberikan peluang kepada anggota yang lainnya untuk menyumbangkan kreatifitas kepada suatu posisi. Dalam lingkungan semacam ini, orang merasa memiliki perusahaan dan akan berkerja sebaik-baiknya.[12]

IV.   ANALISIS

Keberhasilan atau kemunduran suatu organisasi atau lembaga sangat ditentukan oleh kepemimpinan seorang pemimpin.
Kepemimpinan seorang pemimpin dapat berjalan dengan baik, apabila seorang pemimpin mempunyai modal yang baik pula. Salah satu modal yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang baik.
Dengan kecerdasan emosional (EQ) yang baik akan membuat seorang pemimpin dapat menjalin hubungan yang baik dan harmonis dengan bawahannya.  Dan dari hubungan yang harmonis antara seorang pemimpin dan bawahannya akan membuat segala program yang ditetapkan dapat terlaksana dengan baik.

V.      KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Kepemimpinan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerjasama (mengkolaborasi dan mengelaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan yang telah dietapkan.
Tiga teori atau pendekatan kepemimipinan yaitu:
a.       Pendekatan sifat-sifat kepemimpinan
b.      Pendekatan perilaku
c.       Pendekatan situasional
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin :
a.       Kepribadin (personality)
b.      Penghargaan dan perilaku atasan
c.       Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan
d.      Kebutuhan tugas
e.       Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi perilaku bawahan
f.       Harapan dan perilaku rekan
kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola serta mengontrol emosi dengan baik pada dirinya sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Karakteristik kepemimpinan EQ adalah sebagai berikut :
a.       Penyingkapan diri
b.      Wawasan
c.       Tanggung jawab pribadi
d.      Ekpresi
e.       Pemegang saham

VI.   PENUTUP
Demikian makalah ini kami buat. Kami memohon maaf apabila di dalam penyusunan makalah ini masih tedapat banyak kekurangan dan kesalahan, karena kesempurnaan hanyalah milik-Nya, dan kami hanyalah manusia yang tidak pernah luput dari kekurangan dan kesalahan.





DAFTAR PUSTAKA

Komariah, Engkoswara & Aan. 2010. Administrasi Pendidikan, Bandung: ALFABETA.
Syukur ,Fatah. 2011. Manajemen Pendidikan Berbasis Madrasah, Semarang : Pustaka Rizqi Putra.
Umiarso, Zamroni. 2011.  ESQ & Model Kepemimpinan Pendidikan : Konstruksi Sekolah Berbasis Spiritual, Semarang : Rasail Media Group.
Wahjosumidjo. 2010. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahnnya, Jakarta : RajaGrafindo Persada.
Wukir. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Sekolah, Yogyakarta : Multi Presindo.






[1] Engkoswara & Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, Bandung: ALFABETA, 2010. Hlm.177
[2] Wukir, Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Sekolah, Yogyakarta : Multi Presindo, 2013. Hlm 134
[3] Zamroni &Umiarso, ESQ & Model Kepemimpinan Pendidikan : Konstruksi Sekolah Berbasis Spiritual, Semarang : Rasail Media Group, 2011. Hlm 89
[4] Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahnnya, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2010. Hlm. 23
[5] Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan Berbasis Madrasah, Semarang : Pustaka Rizqi Putra, 2011. Hlm. 28
[6] Zamroni &Umiarso, ESQ & Model Kepemimpinan Pendidikan : Konstruksi Sekolah Berbasis Spiritual, Semarang : Rasail Media Group, 2011. Hlm 30
[8] Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan Berbasis Madrasah, Semarang : Pustaka Rizqi Putra, 2011. Hlm. 31
            [10] Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan Berbasis Madrasah, Semarang : Pustaka Rizqi Putra, 2011. Hlm. 32
     [11]http://farisaherswandaniakhzan.blogspot.com/2012/12/komponen-dasar-kecerdasan-emotional-eq4.html diakses pada 1 November 2014 pada pukul 09.00 WIB

[12] Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan Berbasis Madrasah, Semarang : Pustaka Rizqi Putra, 2011. Hlm. 36                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

# Selamat Datang di Blog Saling Berbagi # Dalam Blog ini teman-teman bisa mendapatkan banyak ilmu pengetahuan # Terimakasih Atas Kunjungannya#