MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas tengah semester
Mata
Kuliah : Filsafat Pendidikan Islam
Dosen
Pengampu : Dr. Mahfudz Junaidi, M.Ag
Disusun
Oleh :
Dillan
Azaly Alfarozi (123311013)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
I.
PENDAHULUAN
Berbicara mengenai
masalah pendidikan pastinya tidak akan ada habisnya karena pendidikan merupakan
bagian yang vital dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan sebuah
kebutuhan primer bagi setiap manusia yang nantinya akan membentuk manusia untuk
hidup sempurna.
Bagi sebagian orang pendidikan hanyalah
sebuah
aspek konsumtif yang mana tidak dapat memberikan manfaat bagi kehidupan.
Pandangan klasik ini dalam memahami pendidikan hanyalah sebagai bentuk
pelayanan sosial yang harus diberikan kepada mereka. Dalam konteks ini,
pelayanan pendidikan dipandang sebagai bagian dari public service atau
jasa layanan umum dari negara kepada masyarakat yang tidak akan membawa manfaat
bagi kemajuan perekonomian bangsa.
Namun seiring dengan berjalannya waktu,
pandangan klasik tersebut pada saat sekarang ini sudah mulai bergeser seiring
dengan kesadaran, pemikiran-pemikiran filsafat dan bukti ilmiah akan peran dan
fungsi vital pendidikan dalam memajukan peradaban suatu bangsa. Bahkan bisa
dikatakan bahwa hampir setiap negara sekarang ini memandang pendidikan sebagai
satu sektor penting dalam memajukan suatu peradaban bangsa. Sehingga sekarang
ini muncullah pandangan bahwa pendidikan merupakan investasi masa depan yang
sangat menjanjikan baik untuk individu maupun kolektif..
Islam sendiri dalam filsafat pendidikannya
juga memandang pendidikan sebagai investasi masa depan yang sangat penting bagi
setiap ummatnya. Dengan pendidikan yang diperolehnya manusia akan mendapatkan
derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya baik ketika
kehidupan di dunia maupun nanti di kehidupan akhirat kelak. Oleh sebab itu,
dalam makalah ini akan sedikit dikupas mengenai hakikat dan konsep pendidikan
sebagai investasi masa depan dan juga pendidikan sebagai investasi masa depan
ditinjau dari filsafat pendidikan islam.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Apa
hakikat pendidikan sebagai investasi masa depan ?
B.
Bagaimana
konsep pendidikan sebagai investasi masa depan ?
C. Bagaimana pendidikan sebagai investasi
masa depan ditinjau dari filsafat pendidikan islam ?
III.
PEMBAHASAN
A.
Hakikat
pendidikan sebagai investasi masa depan
Pengertian pendidikan pada dasarnya
sangat banyak macamnya. Banyak diantara para ahli yang mengungkapkan
masing-masing pendapatnya, namun dari sekian banyak pengertian yang diungkapkan
oleh para ahli sebenarnya mengandung arti yang sama. Pendidikan diartikan
adalah salah satu usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai
yang ada didalam masyarakat dan kebudayaan.
Sejalan dengan pengertian diatas,
maka pendidikan memiliki tujuan yang dapat dirumuskan yaitu sebagai usaha untuk mewujudkan manusia
seutuhnya, yaitu manusia yang tergali, terbina dan terlatih potensi
intelektual, spiritual dan emosional, sosial dan fisiknya, sehingga dapat
menolong dirinya dan masyarakat, bangsa dan negaranya. Dengan kata lain, bahwa
tujuan pendidikan adalah membentuk manusia seutuhnya (insan kamil).[1]
Terkait dengan masalah tujuan
pendidikan diatas, pendidikan sering diartikan sebagai satu sektor yang paling penting dalam
meningkatkan kualitas hidup seseorang baik secara materil maupun non materil.
Semakin tinggi pendidikan sesorang maka akan semakin tinggi tingkat kualitas
hidupnya terutama dalam hal kesejahteraan hidupnya di dunia.
Kita dapat melihat, bahwa pada
umumnya semakin berpendidikan seseorang maka semakin tinggi pendapatannya. Hal
ini dimungkinkan karena orang yang berpendidikan lebih produktif bila
dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan. Produktivitas seseorang tersebut
dikarenakan memiliki pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill),
sikap hidup (attitude to life) yang mana diperoleh melalui pendidikan.[2]
Sebagai contoh di Negara Amerika misalnya, bahwa seseorang yang berpendidikan
doctor (S3) berpenghasilan rata-rata per tahun sebesar 55 juta dolar, sedangkan
master (S2) 40 juta dollar, dan sarjana (S1) 33 juta dollar. Sementara itu
lulusan pendidikan lanjutan hanya berpenghasilan rata-rata 19 juta dollar per
tahun.
Contoh di Negara Amerika telah
membuktikan bahwa pendidikan adalah “jimat” yang dapat meningkatkan
kesejahteraan hidup seseorang. Hal senada juga diungkapkan oleh Schumacher, ia
menganggap bahwa pendidikan adalah sumber daya yang terbesar. Karena pendidikan
mempunyai peranan yang sangat penting dan menentukan dalam pembangunan nasional
pada umumnya dan pembangunan ekonomi pada khususnya.[3]
Dari alasan itulah, para penganut
teori human capital berpendapat bahwa pendidikan adalah sebagai investasi
sumber daya manusia dimasa depan yang dapat memberi manfaat monoter ataupun nonmonoter.
Manfaat monoter dari pendidikan adalah manfaat ekonomis yaitu berupa tambahan
pendapatan seseorang yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu
dibandingkan dengan pendapatan lulusan pendidikan yang berada di bawahnya sedangkan
manfaat nonmonoter adalah diperolehnya
kondisi kerja yang lebih baik, kepuasan kerja, efisiensi konsumsi, kepuasan
menikmati masa pensiun dan manfaat hidup yang lebih lama karena peningkatan
gizi dan kesehatan yang lebih baik.
Cohn (1979) mengartikan investasi
sebagai “Upaya untuk meningkatkan nilai tambah barang ataupun jasa di kemudian
hari dengan mengorbankan nilai konsumsi sekarang. Investasi sendiri tidak hanya
menyangkut dengan uang sebagai modal utama untuk menghasilkan keuntungan dimasa
depan, tetapi juga mencakup kualitas manusia berupa pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skill) dan kecakapan yang dimiliki seseorang. Makna investasi ini
memiliki arti yang relevan dengan pendidikan, karena dengan adanya pendidikan,
pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan serta sikap seseorang akan semakin
positif dan bertambah. Siapa saja yang berinvestasi melalui pendidikan akan
merasakan atau memetik manfaatnya di kemudian hari atau di masa depan.[4]
Oleh karena itulah, pendidikan
merupakan investasi yang sangat penting dalam menghadapi masa depan dunia
secara global. Karena pendidikan menciptakan keajaiban dan perubahan baik untuk
diri sendiri, masyarakat maupun Negara dan bahkan dunia. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Nelson Mandela (Pejuang Anti Apartheid) dari Afrika Selatan “Education
is the most powerful Weapon which you can use to change the world ”
B. Konsep
pendidikan sebagai Investasi masa depan
Telah dijelaskan pada pembahasan
sebelumnya, bahwa pendidikan adalah sebuah investasi masa depan yang sangat
menjanjikan. Karena pendidikan dapat memberikan manfaat dan perubahan baik bagi
diri sendiri dan masyarakat maupun bagi bangsa dan Negara.
Sebetulnya, konsep pendidikan
sebagai sebuah investasi (education as investement) sendiri telah ada
sejak lama dan sekarang ini perkembangannya semakin pesat. Bahkan hampir setiap
Negara semakin menyakini bahwa pembangunan sektor pendidikan merupakan
prasyarat kunci bagi pertumbuhan sektor-sektor pembangunan nasional pada
umumnya dan pembangunan ekonomi pada khususnya.
Maksud dari pendidikan sebagai
investasi adalah penanaman modal dengan cara mengalokasikan biaya untuk
penyelenggaraan pendidikan. Adapun pendidikan sebagai investasi bertujuan untuk
memperoleh pengembalian ekonomi (rate of return) yang lebih baik di masa
mendatang yang dihasilkan melalui pendidikan tersebut.[5]
Di beberapa Negara maju, pendidikan
selain sebagai aspek konsumtif, juga diyakini sebagai investasi modal manusia (human
capital investment) dan menjadi ”leading sektor” atau salah satu sektor
utama. Oleh karenanya perhatian pemerintah
terhadap pembangunan sektor ini berjalan dengan sunguh-sungguh. Misalnya
dengan komitmen pemerintah dalam memberikan anggaran pada sektor pendidikan
tidak kalah dengan sektor yang lainnya, sehingga keberhasilan dalam investasi
pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan tehadap kemajuan pembangunan
nasional.
Konsep tentang investasi sumber
daya manusia (human capital investment) yang dapat menunjang pertumbuhan
ekonomi (economic growth), sebenarnya telah mulai dipikirkan sejak zaman
Adam Smith (1776), Heinrich Von Thunen (1875) dan para teoritis klasik lainnya
sebelum abad ke 19 yang menekankan pentingnya investasi keterampilan manusia.
Pemikiran ilmiah ini baru mengambil tonggak penting pada tahun 1960-an ketika
pidato Theodore Schultz pada tahun 1960 yang berjudul “Investment in human
capital” di hadapan The American Economic Association merupakan
peletak dasar teori human capital modern. Pesan utama dari pidato
tersebut sederhana bahwa proses perolehan pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan bukan merupakan suatu bentuk konsumsi semata-mata, akan tetapi juga
merupakan suatu investasi.
Schultz (1961) dan Deninson (1962)
kemudian memperlihatkan bahwa pembangunan sektor pendidikan dengan manusia
sebagai fokus intinya telah memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan
ekonomi suatu Negara, melalui peningkatan keterampilan dan kemampuan produksi
dari tenaga kerja.
Secara sederhana sumber daya
ekonomi suatu Negara dapat dipilah menjadi dua, yaitu modal dan tenaga kerja
yang keduanya bersifat tangible. Modal mencakup uang, tanah atau sumber daya
alam yang dimiliki oleh suatu Negara, sedangkan tenaga kerja merupakan faktor
produksi sesudah modal yang kadang disebut modal insani (human capital).
Modal insani memegang peran yang teramat vital dalam faktor produksi, karenanya
dikenal dengan investasi sumber daya manusia (human capital investement)
dengan harapan mendapatkan modal insani yang berkualitas. Ketersediaan faktor
modal tidak menjamin suksesnya pengembangan ekonomi bila tidak diiringi dengan
kualitas SDM. Kualitas sumber daya manusia sendiri tidak selalu tercemin dalam
keterampilan dan fisik manusia saja akan tetapi juga pendidikan, pengetahuan,
pengalaman atau kematangan dan sikap atau nilai-nilai yang dimiliki. Berkaitan
dengan unsur yang terakhir, pakar ekonomi memandang pentingnya “etos” dari human
capital. Etos dalam pengertian sosiologis adalah “sekumpulan ciri-ciri
budaya, yang dengannya suatu kelompok membedakan dirinya dan menunjukkan jati
dirinya berbeda dengan kelompok yang lain”.
Definisi lain menyebutkan sebagai
“sikap dasar seseorang atau kelompok orang dalam melakukan kegiatan tertentu “.
Etos dapat bersumber dari nilai-nilai keagamaan ataupun hasil dari
perbincangan, pemikiran refleksi atau pengalaman yang melalui proses yang
mungkin cukup panjang dan pada akhirnya dapat diterima oleh individu atau
kelompok. Ada yang perlu digarais bawahi yaitu bahwa etos tidak sekedar
pengakuan terhadap nilai-nilai tertentu, akan tetapi juga benar-benar diyakini
dan diamalkan secara konsekuen yang pada akhirnya menimbulkan dampak sosial
secara nyata.[6]
Investasi sumber daya manusia (investment
in human capital) merupakan salah satu bentuk investasi yang dilakukan
dalam bidang pendidikan. Proses perolehan pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan bukan merupakan suatu bentuk konsumsi semata-mata, akan tetapi juga
merupakan suatu investasi. Pihak-pihak yang melakukan investasi dalam bidang
pendidikan mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki untuk mengembangkan
kemampuan dan keterampilan dengan mengenyam pendidikan yang diharapkan nantinya
akan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Keuntungan diharapkan
melalui peningkatan kompetensi dan kemampuan dalam bekerja melalui pendidikan,
sehingga hasil kerja mereka lebih dihargai karena memang lebih baik[7].
Maka harus diakui bahwa
pengembangan sumber daya manusia dalam suatu Negara adalah unsur pokok bagi
kemakmuran dan pertumbuhan suatu Negara. Investasi dalam bentuk modal manusia
mempunyai nilai balikan yang lebih besar daripada modal fisik. Sehingga tidak
ada Negara di dunia ini yang mengalami kemajuan pesat dengan dukungan SDM yang
rendah pndidikannya. Jadi kalau kita mengharapkan kemajuan pembangunan
dengan tidak menjadikan modal manusia (sektor pendidikan) sebagai prasyarat
utama, maka sama saja kita seperti ”pungguk yang merindukan bulan”.
C.
Pendidikan
sebagai investasi masa depan ditinjau dari filsafat pendidikan islam
Pendidikan adalah usaha sadar
manusia untuk meningkatkan kualitas dirinya, baik personal maupun kolektif.
Pendidikan juga merupakan suatu upaya manusia untuk memanusiakan dirinya dan
membedakannya dengan makhluk yang lain. Dengan pendidikan manusia akan dapat
menjalani kehidupannya dengan lebih baik
dan bahagia. Hal inilah yang menjadikan pendidikan sangat penting bagi setiap
manusia.
Terkait dengan pentingnya pendidikan bagi
setiap manusia, menyebabkan banyak dari kalangan filosof menganggap pendidikan sebagai
investasi yang sangat menguntungkan di masa mendatang. Melalui pendidikan
inilah segala potensi yang dimiliki manusia bisa dikembangkan dan ditingkatkan
yang mana nantinya dapat memberikan kontribusi yang besar bagi masa depan baik
untuk dirinya sendiri maupun untuk kemaslahatan ummat.
Para filosof barat misalnya mempunyai
pandangan tersendiri tentang pendidikan sebagai investasi. Mereka menganggap
bahwa pendidikan merupakan investasi yang sangat menguntungkan bagi kemajuan
ekonomi suatu bangsa. Pendidikan diarahkan untuk melahirkan individu-individu
pragmatis yang bekerja untuk meraih kesuksesan materi dan profesi sosial yang
akan memakmurkan diri, perusahaan dan Negara. “Gelar” dianggap sebagai tujuan
utama, ingin segera dan secepatnya diraih supaya modal yang selama ini
dikeluarkan akan menuai keuntungan. Pandangan pendidikan seperti ini hanya akan
memproduksi anak didik yang memiliki status pendidikan yang tinggi, namun
status tersebut tidak akan menjadikan mereka sebagai individu-individu yang
beradab. Sehingga menyebabkan adanya kesenjangan antara tingginya gelar pendidikan
yang diraih dengan moral serta akhlak kehidupan seseorang.
Pandangan filosof barat seperti
diatas sangatlah berbeda sekali dengan pandangan filsafat pendidikan islam
tentang pentingnya pendidikan yang dijadikan sebagai investasi bagi setiap
manusia. Islam sebenarnya sangatlah mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan
yang benar dan berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang
akhirnya akan memunculkan kehidupan
yang maju dengan dilandasi sosial yang bermoral.
Islam memiliki pandangan yang lebih
komprehensif dan integratif tentang pendidikan. Dalam islam pendidikan bukan
hanya dipersiapkan untuk
kehidupan dunia saja tetapi juga untuk kehidupan di akhirat kelak. Pendidikan dalam islam disamping mengajarkan aspek-aspek
agama dan akhlak, juga menumpukkan perhatian yang lebih untuk berkhidmat kepada
ilmu pengetahuan umum dan penyelidikan ilmiah. Perhatian kepada ilmu
pengetahuan umum inilah yang nantinya akan menjadi modal hidup manusia di
kehidupan dunia. Hal ini diakui oleh Ibnu Kholdun bahwa ketika zaman dahulu
banyak orang Arab belajar ilmu pengetahuan untuk memegang profesi. Sejarah
islam juga menunjukkan bahwa orang-orang islam menaruh perhatian terhadap
urusan dunia, dan sumber-sumber kehidupan sezaman. Islam tidak hanya menaruh
perhatian kepada salah satu diantara dunia dan akhirat saja tetapi islam
menaruh perhatian kepada kedua-duanya sekaligus. Hal ini sesuai dengan Sabda
Rasulullah :
اِعْمَلْ
لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ أَبَدًا, وَاعْمَلْ لِأَخِرَتَكَ كَأَنَّكَ
تَمُوْتَ غَدًّا
“Bekerjalah
untuk duniamu seakan-akan engaku akan hidup selama-lamanya dan bekerjalah untuk
akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok”[8]
Terkait dengan pendidikan sebagai
investasi di masa mendatang, sebenarnya islam telah menjadikan pendidikan sebegai
modal utama bagi setiap manusia dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah
fil ardh. Allah telah memperingatkan manusia agar mencari ilmu pengetahuan
sebanyak-banyaknya guna sebagai modal utama dalam menjalani kehidupan di dunia
sebagaimana dalam Al-Qur’an surat
At-Taubah ayat 122 disebutkan:
Disini dapat dipahami bahwa dengan mencari pengetahuan manusia dapat menjalankan tugasnya sebagai hamba Allah yang bertaqwa
dan juga dapat menjalankan tugasnya sebagai khalifah fil ardh dengan
baik. Selain itu juga manusia memproleh tingkatan yang lebih baik dibandingkan
dengan yang lainnya baik tingkatan di kehidupan dunia maupun diakhirat kelak. Hal
ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an yang memposisikan manusia yang
memiliki pengetahuan pada derajat yang lebih tinggi. Al-Qur’an dalam surat
al-Mujadalah ayat 11 menyebutkan :
Tingkatan yang lebih tinggi dari
apa yang akan di dapatkan manusia baik itu kehidupan di dunia maupun akhirat
membuat pengetahuan
menjadi sangat penting bagi setiap manusia. Karena dengan pengetahuan manusia akan dapat mengetahui mana yang baik dan buruk,
mana yang benar dan salah, yang membawa manfaat dan mana yang membawa
mudharat.
Proses manusia
dalam mencari dan mendapatkan pengetahuan itu tentunya melalui sebuah kegiatan
yang lazim dikenal dengan pendidikan. Melalui pendidikan inilah setiap manusia
akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan. Dengan pengetahuan dan keterampilan
yang didapatkan dari pendidikan manusia dapat menjalani kehidupan semasa di
dunia dan di akhirat nantinya dengan lebih meningkat dan lebih baik.
Imam Syafi’i
mengatakan :
مَنْ أَرَادَ
الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَ الأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ
بِالعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِالعِلْمِ
“Barang siapa yang menginginkan dunia, maka harus dengan
ilmu. Dan barang siapa yang menginginkan akhirat, maka harus dengan ilmu. Dan
barang siapa yang menginginkan kedua-duanya maka harus dengan ilmu”. [9]
Dari sinilah islam
menekankan betapa pentinganya pendidikan bagi setiap manusia karena pendidikan
adalah modal utama bagi manusia untuk mendapatkan kebaikan baik di dunia maupun
di akhirat kelak. Dengan pendidikan yang diperolehnya manusia dapat menjadi
hamba Allah yang bertaqwa dan juga dapat menjalankan tugasnya di dunia sebagai khalifah
fil ardh dengan baik.
IV.
KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa Pendidikan bukan hanya dijadikan sebagai aspek
konsumtif semata-mata tetapi pendidikan dapat dijadikan sebuah investasi yang
sangat berharga bagi kehidupan di masa yang akan mendatang. Siapa
saja yang berinvestasi melalui pendidikan akan merasakan atau memetik
manfaatnya di kemudian hari atau di masa depan. Karena pendidikan dapat menciptakan keajaiban
dan perubahan baik untuk diri sendiri, masyarakat maupun Negara dan bahkan dunia.
Konsep
pendidikan sebagai sebuah investasi (education as investement) adalah penanaman modal yang dilakukan dengan cara
mengalokasikan biaya untuk penyelenggaraan pendidikan dengan tujuan untuk memperoleh
pengembalian ekonomi (rate of return) yang lebih baik di masa mendatang
yang dihasilkan melalui pendidikan.
Pendidikan sebagai
investasi masa depan dalam pandangan filsafat pendidikan islam bukan hanya
untuk mendapatkan kebaikan di kehidupan dunia saja, akan tetapi lebih dari itu
yaitu akan mendapatkan kebaikan baik di kehidupan dunia maupun di akhirat
kelak. Dengan diperolehnya pendidikan maka manusia dapat menjadi hamba Allah
yang bertaqwa dan juga dapat menjalankan tugasnya di dunia sebagai khalifah
fil ardh dengan baik.
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah
yang bisa kami sampaikan, penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan dan kesalahan. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Oleh karena itu kami mohon kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca dan pada khususnya pemakalah sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Syaubany, Muhammad
Omar at-Toumy. 1975. Falsafah Pendidikan islam, terj. Hasan Langgulung.
Jakarta : Bulan Bintang
Makin,
Baharuddin dan Moh. 2009. Pendidikan Humanistik. Yogyakarta :
Ar-Ruzz Media
Nata,
Abuddin. 2012. Pemikiran dan pemikiran pendidikan islam dan barat.
Jakarta : Raja Grafindo Persada
Uhbiyati
, Nur. 2002. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam. Semarang : Pustaka Rizki
Putra
Wahid,
Abdul. 2008. Isu-Isu Kontemporer Pendidikan Islam. Semarang : Need’s
Press
Pramono,
Muh Fajar. (Muharram-Jum.Tsaniah 1433).“Studi Pola Komunikasi Pemerintah dan
Pesantren dalam Pembangunan”, dalam IJTIHAD Jurnal Hukum dan Ekonomi Islam,
Vol 6, Nomor 1 Gontor, Institut Studi Islam Darussalam
http://hamiddarmadi.blogspot.com/2011/04/pendidikan-sebagai-investasi_06.html
diakses pada 3 Januari 2014 pada pukul 13.30 WIB
[1] Abuddin
Nata, Pemikiran dan pemikiran pendidikan islam dan barat, Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2012 hlm 88
[2] Baharuddin dan Moh.Makin, Pendidikan Humanistik, Yogyakarta
: Ar-Ruzz Media, 2009 hlm110
[3] Abdul Wahid, Isu-Isu Kontemporer Pendidikan Islam, Semarang
: Need’s Press, 2008 hlm128
[4] http://hamiddarmadi.blogspot.com/2011/04/pendidikan-sebagai-investasi_06.html
diakses pada 3 Januari
2014 pada pukul 13.30 WIB
[6] Muh Fajar Pramono, “Studi Pola Komunikasi Pemerintah dan Pesantren
dalam Pembangunan”, dalam IJTIHAD Jurnal Hukum dan Ekonomi Islam, Vol 6,
Nomor 1 (Muharram-Jum.Tsaniah 1433), Gontor, Institut Studi Islam Darussalam, hlm155
[7] http://hamiddarmadi.blogspot.com/2011/04/pendidikan-sebagai-investasi_06.html
diakses pada 3 Januari 2014 pada pukul 13.30 WIB
[8] Muhammad Omar at-Toumy Al-Syaubany, Falsafah Pendidikan islam,
terj. Hasan Langgulung, Jakarta : Bulan Bintang, 1975 hlm416
Masa depan pengembangan uang khususnya fintech p2p lending sangat menarik memang untuk disimak. terus kalo di indonesia apakah bisnis model p2p lending dapat bertahan? atau memang bisa menjadi bisnis yang disruptif?
BalasHapusMasa depan peer to peer lending